Pemuda Wukirsari ini Pelopori Penangkaran Burung

21 Juni 2017 13:32:35 WIB

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Suara kicauan burung bersahut-sahutan di rumah besar bergaya arsitektur campuran Jawa dan Bali.

Ada ratusan sangkar burung yang digantung di rumah mewah nan megah di lereng bukit tandus yang banyak ditanami pohon jati ini.

Rumah mewah dan megah dengan beragam mobil, satu diantaranya adalah mobil sport mewah ini adalah milik Agung Trisnawanto. 

Nama pemuda berusia 33 tahun ini cukup dikenal dan populer sebagai pelopor pemberdayaan masyarakat di wilayah Pucung, begitu orang menyebut wilayah penangkaran burung terkenal ini.

Agung memang orang yang lugu, dan berpenampilan sederhana. Namun, dari tangan dan pemikirannya, banyak warga di sekitarnya yang menuai jutaan rupiah dari bisnis burung ocehan seperti cucak rowo, murai batu, love bird, puter, dan perkutut.

“Kini, perputaran uang di empat dusun seperti Karangasem, Karangtalun, Jatirejo, Dengkeng, sudah mencapai hampir Rp 20 miliar per bulan dari bisnis jualan burung ini. Warga pun tidak ada yang menganggur dan terjerat pergaulan yang tidak sehat,” kata Agung saat ditemui Tribun Jogja, Rabu (18/5/2016).

Agung mengatakan, jauh sebelum ikut mempelopori dusunnya menjadi salah satu kampung wisata penangkar burung dengan nama Wukirsari Bird Farm Indonesia, dia berjuang melawan kerasnya jalanan.

Bisnis burung yang dijalani pria yang tidak tamat SMP ini, berawal dari menjadi penjual burung keliling.

Hal itu dilakukannya pada tahun 1998 silam. Agung yang memang memiliki ketertarikan dalam bisnis burung kemudian merantau ke Madiun, Jawa Timur. Selama hampir tiga bulan dia berjualan dengan cara memikul banyak sangkar burung.

Jualan yang dilakukannya pun terus berpindah-pindah. Adapun, dia mengaku kulakan burung-burung dagangannya dari wilayah Yogyakara, Solo, Surabaya, Jakarta, dan lainnya. Beberapa didapatkannya dari wilayah Imogiri, tempat asalnya.

Jiwa bisnis yang terus menggelora, memaksa Agung untuk merantau di tempat yang lebih menantang. Bali, salah satu tempat berlabuhnya untuk membuktikan bahwa perantau bisa menaklukkan kerasnya dunia.

“Selama hampir satu tahun saya berada di Bali. Saya jualan di pinggir jalan, bahkan pernah ditegur yang punya tanah. Akhirnya saya disuruh mengontrak.

Akhirnya, saya buat gubuk dari bambu, jualan burung dan pakan,” katanya mengenang bisnis kecil-kecilan yang dijalaninya.

Keping demi keping rupiah pun dikumpulkan oleh Agung, hingga akhirnya dia bisa memiliki modal untuk membangun kios di Kota Gianyar.

Bisnis burung miliknya pun terus berkembang, peminat dan pasar burung semakin bagus, hingga akhirnya dia membuka lagi di Teges Kangin, Ubud dan hingga kini, dia membuka kios lagi di Belah Batu dengan nama Usaha Dagang (UD) Maju Lancar.

Ajari Warga

Agung tak ingin berlama- lama di Bali, begitu tiga kiosnya berjalan dan pengiriman bisa dilakukan dengan cara yang mudah dan modern, dia kembali ke Imogiri.

Dia ingin mempraktekkan hasil belajar menangkarkan burung dari Malang dan Solo.

“Awalnya saya menangkarkan kenari, saat itu, pangsa pasar burung ini cukup baik. Mulai dari tahun 2006, kemudian saya menangkarkan burung puter, perkutut dan parkit. Hasilnya, luar biasa dan sejak itu saya mulai menangkarkan burung dan bukan hanya menjadi penjual saja,” kata Agung.

Kini di rumah Agung, beragam jenis burung ditangkarkan dalam kandang-kandang buatan.

Adapula jenis cucak rowo yang sepasangnya bisa tembus Rp 25 juta dan murai batu yang bisa menembus angka jutaan rupiah. Bahkan, ada jenis lovebird yang bisa tembus Rp 1 juta per ekor.

Ilmu yang dimiliki Agung pun tidak dipakainya sendiri. Warga di sekitarnya akhirnya mulai belajar dan menangkarkan burung mandiri.

Bahkan, Agung juga yang mempelopori sistem gaduh atau bagi hasil menangkarkan burung. Sistem ini diminati warga dengan modal saling percaya dan membangun usaha bersama.

Saat mengajari warganya menangkarkan burung, Ketua Wukirsari Bird Farm Indonesia ini tak pernah sedikitpun takut jika bisnisnya disaingi oleh warga lain.

Justru sebaliknya, dengan menangkarkan secara komunal, maka hasil yang didapatkan juga bagus.

“Saat ini, saya bisa memenuhi beragam permintaan dari wilayah Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Dengan banyaknya yang menangkarkan, maka justru membantu pemenuhan kebutuhan pasar,” ucap bapak berputra satu ini. (Tribunjogja.com)

Komentar atas Pemuda Wukirsari ini Pelopori Penangkaran Burung

solihun 28 Agustus 2017 17:59:40 WIB
apa ada lowongan kerja untuk jadi karyawan pak
rudi 22 Juni 2017 11:50:02 WIB
bagus websitenya

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

REALISASI APBKAL TAHUN ANGGARAN 2023

PESONA DESA WISATA WUKIRSARI

Desa Budaya Wukirsari

APBKAL TA 2024

Lagu Indonesia Raya

Profil Desa Wukirsari

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung
Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License